Kesuksesan = 99%
perencanaan
Apa yang saya tulis di sini sangat bisa didebat,
karena ini adalah sebuah perspektif. Menurut saya, tidak ada kesuksesan yang
kebetulan. Mungkin banyak orang sukses yang bilang, "Ah, saya mah
beruntung aja." Tapi sesungguhnya, menurut saya mereka bilang begitu
karena rendah hati. Pada umumnya, mereka yang bilang begitu ngga mau bicarakan
apa yang mereka capai secara blak-blak-an.
Apakah benar, ada orang yang bisa sukses hanya
karena mereka beruntung? Menurut saya: Tidak. Kalau ada orang yang menang
lotere Rp100 milyar, ya benar orang itu beruntung. Lantas, apakah orang itu
bisa dibilang sukses? Ngga. Orang yang menang lotere bukan masuk dalam kategori
orang sukses.
Apakah ada orang yang bisa jadi CEO sukses hanya
karena keberuntungan? Menurut saya: Tidak. Kalau ada anak yang baru lulus dan
dijadikan CEO di perusahaan milik orang tuanya, apakah lantas dia adalah
seorang CEO sukses? Jelas tidak. Dia baru jadi seorang CEO, apakah dia akan
menjadi seorang CEO yang sukses atau tidak kelak, menurut saya, akan tergantung
dari apa yang dia lakukan selama dia memegang jabatan tersebut. Jadi,
balik-balik lagi, ngga ada tuh CEO sukses yang hanya karena dia beruntung.
Jadi, menurut saya ya itu tadi, sesuai dengan judul
tulisan ini, Kesuksesan = 99% Perencanaan. Orang kalau mau sukses harus
direncanakan. Apa yang perlu direncanakan? Ya jelas yang perlu direncanakan
adalah langkah-langkah yang akan diambil, beserta jadwal maupun periode
pelaksanaannya.
Kalau menurut Filosofer Roman yang bernama Seneca
bilang, "Luck is when preparation meets opportunity". Quote ini
kembali dipopulerkan kembali oleh Oprah Winfrey.
Seringkali, teman-teman saya yang ngajak saya
ketemuan selalu beranggapan bahwa saya adalah orang yang selalu sibuk.
Tanggapan saya: Saya bukan orang yang sibuk, hanya saja, saya adalah orang yang
ngga suka bengong. Maskudnya apa? Keseharian saya itu selalu terencana dengan
baik. Saya paling ngga mau ada waktu yang sia-sia. Semua jadwal saya itu
tercatat dengan sangat rapih di Samsung Galaxy Note Edge. Jadi cara kerjanya
gini, Personal Assistant (PA) saya itu saya minta untuk selalu mengisi jadwal
saya selama 1 minggu kedepan. Jadi, misal di hari Jumat ketika saya me-review
jadwal saya minggu depan ternyata ada yang kosong; misal di Kamis minggu depan
antara jam 13.00 - 16.00, maka saya akan langsung berpikir untuk mengisi waktu
tersebut. Apakah selalu diisi dengan rapat yang membicarakan bisnis? Belum
tentu. Terkadang, saya berusaha untuk menset waktu kosong tersebut untuk
ketemuan teman lama, sekadar untuk ngobrol dan saling catch up. Itulah kenapa
saya selalu bilang bahwa saya ngga sibuk, cuma ngga demen aja sama waktu kosong
yang sia-sia.
Apa keuntungan menjadi orang yang sangat terencana
seperti saya? Waktu 24 jam yang saya miliki ngga terbuang sia-sia. Ingat, kita
akan menyesal hanya ketika kita sadar bahwa kita tidak melakukan semaksimal
mungkin; termasuk ketika kita tidak memaksimalkan keseharian kita.
Mau sukses? Coba jadwalkan hari-hari Agan dengan
lebih terencana. Dan pastikan, jadwal yang sudah Agan set itu harus Agan
hormati. Kalo ngga, ya sama aja bohong dong. Jadwal yang terencana juga harus
bisa Agan akses setiap saat, di mana saja. Jadi kalau untuk saya, yang tadi
saya sudah sampaikan, semua jadwal saya secara terencana, tercatat di calendar
smart phone saya. Juga to-do-list saya, ngga saya catat di note book, tapi di
smart phone saya (ada fitur S Note).
Kalau kesuksesan itu terdiri dari 99% perencanaan,
lantas 1%nya apa? Kesempatan/keberuntungan.
@BillyBoen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar