Tugas
Bahasa Indonesia
Oleh:
Muhammad Tamsil f
NPM:
25212112
Defenisi
dari penalaran, oposisi, inferensi, dan implikasi
1.
Penalaran
Penalaran adalah proses berpikir yang
bertolak dari pengamatan indra yang menghasilkan sejumlah konsep dan
pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis , juga akan terbentuk
proposisi-proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui
atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya
tidak diketahui atau dianggap benar, orang menimpulkan sebuah proposisi yang sebelumnya
tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Definisi penalaran menurut para ahli
- Keraf (1985: 5) berpendapat bahwa Penalaran
adalah suatu proses berpikir dengan menghubung-hubungkan bukti, fakta, petunjuk
atau eviden, menuju kepada suatu kesimpulan.
- Bakry (1986: 1) menyatakan bahwa Penalaran
atau Reasoning merupakan suatu konsep yang paling umum menunjuk pada salah satu
proses pemikiran untuk sampai pada suatu kesimpulan sebagai pernyataan baru
dari beberapa pernyataan lain yang telah diketahui.
- Suriasumantri (2001: 42) mengemukakan secara
singkat bahwa penalaran adalah suatu aktivitas berpikir dalam pengambilan suatu
simpulan yang berupa pengetahuan.
Ciri – Ciri Penalaran
- Dilakukan dengan sadar,
- Didasarkan atas sesuatu yang sudah diketahui,
- Sistematis,
- Terarah, bertujuan,
- Menghasilkan kesimpulan berupa pengetahuan,
keputusan atau sikap yang baru,
- Sadar tujuan,
- Premis berupa pengalaman atau pengetahuan,
bahkan teori yang telah diperoleh,
-
Pola pemikiran tertentu,
-
Sifat empiris rasional
2.
Oposisi
Oposisi adalah partai penentang dewan
perwakilan dsb yang menentang dan mengkritik pendapat atau kebijaksaan politik
golongan yang berkuasa. Opposition lazim
diterjemahkan menjadi oposisi. Kata itu berasal dari bahasa Latin
oppōnere, yang berarti menentang, menolak, melawan. Nilai konsep, bentuk, cara,
dan alat oposisi itu bervariasi. Nilainya antara kepentingan bersama sampai
pada kepentingan pribadi atau kelompok.
3.
Inferensi
Inferensi adalah tindakan atau proses
yang berasal kesimpulan logis dari premis-premis yang diketahui atau dianggap
benar. Kesimpulan yang ditarik juga disebut sebagai idiomatik. Hukum valid
inference dipelajari dalam bidang logika .
Inferensi manusia (yaitu bagaimana
manusia menarik kesimpulan) secara tradisional dipelajari dalam bidang
psikologi kognitif ; kecerdasan buatan para peneliti mengembangkan sistem
inferensi otomatis untuk meniru inferensi manusia. inferensi statistik
memungkinkan untuk kesimpulan dari data kuantitatif.
Jenis inferensi
a. Inferensi
langsung
Inferensi
yang kesimpulannya ditarik dari hanya satu premis (proposisi yang digunakan
untuk penarikan kesimpulan). Konklusi yang ditarik tidak boleh lebih luas dari
premisnya.
Contoh:
Bu,
besok temanku berulang tahun. Saya diundang makan malam. Tapi saya tidak punya baju baru, kadonya lagi belum
ada”.
Maka
inferensi dari ungkapan tersebut: bahwa tidak bisa pergi ke ulang tahun
temanya.
Contoh:
Pohon
yang di tanam pak Budi setahun lalu hidup.
dari
premis tersebut dapat kita lansung menari kesimpulan (inferensi) bahwa: pohon
yang ditanam pak budi setahun yang lalu tidak mati.
b. Inferensi
tidak langsung
Inferensi
yang kesimpulannya ditarik dari dua / lebih premis. Proses akal budi membentuk
sebuah proposisi baru atas dasar penggabungan proposisi-preposisi lama.
Contoh:
A
: Anak-anak begitu gembira ketika ibu memberikan bekal makanan.
B
: Sayang gudegnya agak sedikit saya bawa.
Inferensi
yang menjembatani kedua ujaran tersebut misalnya (C) berikut ini.
C
: Bekal yang dibawa ibu lauknya gudek komplit.
Contoh
yang lain;
A
: Saya melihat ke dalam kamar itu.
B
: Plafonnya sangat tinggi.
Sebagai
missing link diberikan inferensi, misalnya:
C:
kamar itu memiliki plafon
4.
Implikasi
Implikasi adalah menafsirkan arti
komunikasi yang diucapkan oleh pihak sumber.
a.
Pak Razif pergi ke sawah pagi – pagi sekali
b.
Sesampainya di sana, ia langsung menemui Pak Sidiq guna meminta sampel batang padi yang terserang hama
c.
Sampel itulah yang akan diperiksa di laboratorium Fakultas Pertanian UNISI
tempat master pertanian itu bertugas.
Implikasi
ada 2 macam :
1. Implikasi
Percakapan merupakan penafsiran yang dibuat berdasarkan data kalimat dalam
percakapan/ ujaran
Contoh
: Purwaji adalah salah seorang pimpinan
di bank itu. Namun demikian ia selalu keliru pada saat harus mengambil
keputusan penting.
2. Implikasi Konvensional merupakan penafsiran
yang dibuat berdasarkan data pengetahuan umum tentang segala sesuatu. Maksudnya
sesuatu terjadi secara logis.
Contoh
: Dia salah seorang karyawan teladan di
kantornya. Banyak prilakunya yang layak
untuk diteladani.
Pengertian
evidensi dan wujudnya
1.
Pengertian
evidensi
Adalah semua fakta yang ada, yang
dihubung-hubungkan untuk membuktikan adanya sesuatu. Evidensi merupakan hasil
pengukuan dan pengamatan fisik yang digunakan untuk memahami suatu fenomena.
Evidensi sering juga disebut bukti empiris. Akan tetapi pengertian evidensi ini
sulit untuk ditentukan secara pasti, meskipun petunjuk kepadanya tidak dapat
dihindarkan.
Kita mungkin mengartikannya sebagai
"cara bagaimana kenyataan hadir" atau perwujudan dari ada bagi
akal". Misal Mr.A mengatakan "Dengan pasti ada 301.614 ikan di
bengawan solo", apa komentar kita ? Tentu saja kita tidak hanya mengangguk
dan mengatakan "fakta yang menarik". Kita akan mengernyitkan dahi
terhadap keberanian orang itu untuk berkata demikian.
Tentu saja reaksi kita tidak dapat dilukiskan
sebagai "kepastian", Tentu saja kemungkinan untuk benar tidak dapat
di kesampingkan, bahwa dugaan ngawur atau ngasal telah menyatakan jumlah yang
persis. Tetapi tidak terlalu sulit bagi kita untuk menangguhkan persetujuan
kita mengapa ? Karena evidensi memadai untuk menjamin persetujuan jelaslah
tidak ada. Kenyataannya tidak ada dalam persetujuan terhadap pernyataan
tersebut.
2.
Wujud
evidensi
Efidensi adalah semua fakta yang ada,
semua kesaksian, semua informasi, atau autoritas yang dihubungkan untuk
membuktikan suatu kebenaran.
Fakta dalam kedudukan sebagai evidensi
tidak boleh dicampur-adukan dengan apa yang dikenal sebagai pernyataan atau penegasan.
Pernyataan tidak mempunyai pengaruh apapun terhadap evidensi, hanya sekedar
menegaskan apakah suatu fakta benar atau tidak
Dalam wujudnya yang paling rendah
evidensi itu berbentuk data atau informasi
Fakta adalah sesuatu yang sesungguhnya
terjadi atau sesuatu yang ada secara nyata
Cara
mengkaji data, fakta, dan cara menilai autoristas
1.
Cara
Menguji Data
Supaya data dan informasi
dapat dipergunakan dalam penalaran data dan informasi itu harus merupaka fakta.
Dibawah ini merupak cara untuk pengujian data.
a. Obervasi
Fakta yang diajukan sebagai evidensi
mungkin belum memuaskan seseorang pengarang atau penulis. Untuk lebih
meyakinkan dirinya sendiri dan sekaligus dapat mengunakan sebaik – baiknya
dalam usaha meyakinkan para pembaca, maka kadang – kadang pengarang merasa
perlu untuk mengadakan peninjauan atau obervasi singkat untuk mengecek data
atau informasi itu.
b. Kesaksian
Keharusan menguji data dan informasi,
tidak harus selalu dilakuan dengan obervasi. Kadang sangat sulit untuk
mengaharuskan seorang mengadakan obervasi atas obyek yang akan dibicarakan.
c. Autoritas
Cara ketiga untuk menguji fakta dalam
usaha menyusun evidensi adalah meminta pendapat dari suatu otoritas, yakin dari
pendapat seorang ahli, atau mereka yang menyelidiki fakta dengan cermat,
memperhatikan semua kesaksian,menilai semua fakta kemudian memberikan pendapat
mereka sesuai dengan keahlian mereka dalam bidang itu.
2.
Cara
Menguji fakta
Untuk menetapkan apakah data atau
informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan
penelitian, apakah data” atau informasi itu merupakan kenyataan atau hal yang
sunguh – sunguh terjadi.
a. Konsistensi
Dasar pertama yang dipakai untuk mengatakan
fakta mana yang akan dipakai sebagai evidensi adalah konsistenan.
b. Koharensi
Dasar kedua yang bisa dipakai untuk mungji
fakta yang dapat diperguanakan sebagai evidenis adalah masalah koharensi. Semua
fakta yang akan digunakan sebagai evidensi harus pula khoren dengan pengalam
manusia, atau sesuai dengan pandangan atau sikap yang berlaku.
3.
Cara
Menilai Autoritas
Seorang penulis yang baik dan obyektif selalu
akan menghindari semua desas – desus, atau kesaksian dari tangan kedua. Penulis
yang baik akan membedakan pula apa yang hanya merupakan pendapat saja, atau
pendapat yang sunguh – sunguh didasarkan atas penelitian atau data – data
eksperimental. Untuk menilai suatu autoritas, penulis dapat memeilih beberapa
pokok berikut.
a. Tidak
Mengandung Prasangka
Dasar pertama yang perlu
diketahui oleh penulis adalah bahwa pendapat autoritas sama sekali tidak boleh
mengandung prasangka, pendapat itu disusun oleh beradasarkan penelitian yang
dilakukan oleh ahli itu sendiri, atau berdasarkan pada hasil – hasil eksperimental yang dilakukannya.
b. Pengalam dan Pendidikan Autoritas
Dasar kedua yang harus
diperhitungkan penulis untuk menilai pendapat suatu auoriatas adalah menyangkut
pengalaman dan pendidikan autoritas. Pendidikan yang diperoleh menjadi jaminan
awal.
c. Kemashuran dan Presite
Faktor ketiga yang harus
diperhatikan oleh penulis untuk menilai autoritas adalah meneliti apakah
pernyataan atau pendapat yang akan dikutip sebagai autoritas itu hanya sekedar
bersembunyi dibalik kemasruhan dan prestise pribadi dibidang lain.
d. Khorensi dengan Kemajuan
Hal yang keempat yang perlu
diperhatikan penulis argimentasi adalah apakah pendapat yang diberkan autoritas
itu sejalan dengan perkembangan dan kemajuan jaman, atau khoren dengan pendapat
atau sikap terakhir dalam bidang itu. Cara Menilai Autoritas
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar